Dari Viral Jadi Cancelled: Belajar Komunikasi Krisis dari Kasus Remake A Business Proposal Versi Indonesia
Di era digital saat ini, penyebaran informasi berlangsung sangat cepat. Sebuah konten atau proyek dapat memperoleh sorotan luas dalam waktu singkat dan menghasilkan dampak besar, baik secara positif maupun negatif. Di sisi lain, kesalahan dalam penyampaian pesan, meskipun kecil, dapat menimbulkan reaksi keras dari masyarakat. Fenomena ini dikenal sebagai cancel culture, yakni ketika masyarakat secara kolektif memutuskan untuk menolak atau memboikot individu maupun lembaga yang dianggap melakukan pelanggaran terhadap nilai sosial atau moral.
Source: https://images.app.goo.gl/XfLqdfFBaigg9yLHA
Kontroversi Remake A Business Proposal Versi Indonesia
Pada bulan Mei 2025, sebuah platform streaming Indonesia mengumumkan rencana untuk mengadaptasi ulang serial drama Korea populer A Business Proposal ke dalam versi lokal. Sayangnya, pengumuman tersebut tidak disambut baik. Banyak warganet yang mempertanyakan apakah latar cerita yang sangat khas dengan budaya kerja Korea dapat disesuaikan dengan konteks Indonesia secara tepat. Kritikan juga diarahkan pada pemilihan aktor utama yang dinilai mengutamakan popularitas dibandingkan kualitas akting, serta tidak sesuai dengan gambaran versi aslinya.
Tagar #BoikotABusinessProposal kemudian ramai diperbincangkan di platform media sosial seperti X (Twitter) dan Instagram. Sebagian besar warganet menilai proyek remake ini tidak perlu dilakukan dan hanya akan mengaburkan kualitas cerita asli. Publik juga menyoroti kurangnya kejelasan dari pihak rumah produksi mengenai pendekatan adaptasi budaya, proses penyesuaian cerita, serta partisipasi kreator lokal. Akibat dari tekanan yang terus meningkat, penolakan terhadap film ini pun berdampak nyata, terlihat dari rendahnya antusiasme penonton di bioskop.
Manajemen Krisis Komunikasi dalam Industri Kreatif
Kasus ini memberikan pelajaran penting mengenai pentingnya komunikasi krisis dalam industri kreatif. Komunikasi krisis tidak seharusnya bersifat reaktif, melainkan harus dipersiapkan sejak awal perencanaan proyek. Coombs (2007), melalui Situational Crisis Communication Theory, menekankan bahwa setiap organisasi perlu mengantisipasi potensi krisis dan meresponsnya dengan pendekatan yang sesuai berdasarkan tingkat risiko terhadap reputasi.
Dalam kasus remake A Business Proposal, tampak bahwa rumah produksi kurang aktif menjelaskan maksud dan arah proyek kepada publik. Minimnya komunikasi sejak awal membuat keputusan mereka terkesan sepihak dan tidak mempertimbangkan aspirasi audiens.
Strategi Menghindari Krisis Komunikasi di Era Digital
Untuk menghindari krisis komunikasi serupa, terdapat beberapa pendekatan strategis yang dapat diterapkan:
- Identifikasi Risiko Sejak Dini
Lakukan analisis terhadap potensi isu sensitif sebelum proyek dipublikasikan, termasuk persepsi publik terhadap isi konten. - Keterlibatan Audiens
Melibatkan komunitas dan penggemar sejak tahap awal produksi bisa membangun hubungan yang lebih inklusif dan mengurangi potensi penolakan. - Persiapan Protokol Krisis
Tentukan alur komunikasi internal dan eksternal, serta siapa yang bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan resmi saat krisis terjadi. - Pemantauan Isu Secara Real-Time
Lakukan monitoring media sosial untuk mendeteksi opini negatif sedini mungkin dan menyiapkan tanggapan yang cepat dan tepat. - Penundaan Konten Jika Diperlukan
Saat terjadi krisis, konten yang telah dijadwalkan untuk dipublikasikan sebaiknya ditunda agar tidak terkesan tidak empatik. - Komunikasi yang Transparan dan Jujur
Sampaikan alasan di balik proyek dengan jujur dan terbuka. Bila terjadi kesalahan, akui secara bertanggung jawab serta tampilkan langkah perbaikannya. - Evaluasi Pasca-Krisis
Setelah situasi mereda, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap penanganan krisis untuk meningkatkan kualitas komunikasi di masa mendatang.
Kesimpulan
Cancel culture dari remake A Business Proposal versi Indonesia membuktikan bahwa kesuksesan dalam industri kreatif tidak hanya bergantung pada ide yang viral atau nama besar, tetapi juga pada kemampuan membangun komunikasi yang sensitif terhadap publik. Cancel culture menjadi pengingat bahwa audiens kini bukan hanya penerima pesan, melainkan aktor aktif dalam membentuk opini dan keberlangsungan sebuah proyek. Oleh karena itu, strategi komunikasi yang terencana, transparan, dan adaptif terhadap dinamika sosial adalah kunci utama dalam menjaga reputasi dan keberhasilan dalam era digital.
Referensi:
- Kompas.com. (2025). Remake A Business Proposal Versi Indonesia Resmi Dibatalkan Setelah Ramai Kritik Warganet.
- Coombs, W. Timothy. (2007). Protecting Organization Reputations During a Crisis: The Development and Application of Situational Crisis Communication Theory. Corporate Reputation Review, 10(3), 163–176.
- RadVoice.id. (2024). 7 Langkah Hadapi Krisis PR di Media Sosial. https://radvoice.id/blog/langkah-hadapi-krisis-pr-media-sosial/
- Ultahost.com. (2024). Tips dan Strategi Manajemen Krisis di Platform Media Sosial. https://ultahost.com/blog/id/tips-dan-strategi-manajemen-krisis-di-platform-media-sosial/
- Ciputra.ac.id. (2024). Komunikasi Krisis: Pentingnya Strategi Efektif dalam Menghadapi Tantangan. https://www.ciputra.ac.id/fikom/komunikasi-krisis-pentingnya-strategi-efektif-dalam-menghadapi-tantangan/
Comments :