Sumber: Netflix Indonesia

Drama Korea Trauma Code menjadi salah satu serial yang menarik perhatian banyak penonton dengan tema medisnya. Dengan latar belakang ruang gawat darurat (IGD), drama ini menyajikan bagaimana tenaga medis menangani pasien dalam situasi kritis yang penuh tekanan. Namun, di balik kisah medis yang dramatis, Trauma Code juga dapat dikaji dari perspektif ilmu komunikasi, terutama dalam aspek komunikasi krisis, komunikasi antarprofesional, komunikasi interpersonal, serta representasi media dalam dunia kesehatan.

Ilmu komunikasi memiliki peran penting dalam dunia medis karena komunikasi yang efektif dapat menentukan keberhasilan koordinasi tim medis, kualitas layanan kesehatan, serta pengalaman pasien dan keluarganya. Artikel ini akan membahas bagaimana berbagai aspek komunikasi berperan dalam dinamika cerita di Trauma Code dan bagaimana hal ini mencerminkan kondisi di dunia nyata.

 

  1. Komunikasi Krisis dalam Situasi Darurat

Dalam dunia medis, komunikasi yang cepat, jelas, dan efektif sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Dalam Trauma Code, para dokter dan tenaga medis sering menghadapi situasi darurat dan trauma berat, di mana mereka harus mengambil keputusan dalam hitungan detik.

Konsep ini berkaitan dengan komunikasi krisis, yaitu strategi komunikasi yang digunakan dalam situasi berisiko tinggi atau darurat. Dalam keadaan ini, pesan yang disampaikan harus ringkas, jelas, dan langsung ke tujuan agar semua pihak bisa memahami dan bertindak dengan cepat.

Prinsip utama komunikasi krisis dalam dunia medis yang terlihat dalam Trauma Code:

– Kecepatan dan Kejelasan: Dokter dan perawat harus memberikan instruksi yang cepat dan mudah dipahami, agar tim medis dapat bekerja secara efektif tanpa kebingungan.

– Koordinasi Tim yang Solid: Setiap anggota tim memiliki tugas masing-masing, sehingga komunikasi yang terarah dan sistematis sangat penting untuk menghindari miskomunikasi yang dapat berakibat fatal.

– Manajemen Informasi: Dalam situasi darurat, informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarganya harus akurat dan tidak menimbulkan kepanikan.

Dalam drama ini, banyak adegan yang memperlihatkan bagaimana dokter menggunakan kode medis (trauma code) untuk menyampaikan kondisi pasien dengan cepat kepada timnya. Penggunaan istilah medis yang spesifik dan sistem komunikasi yang terstruktur sangat diperlukan agar tim medis bisa bertindak sesuai prosedur tanpa membuang waktu.

  1. Komunikasi Antarprofesional dalam Dunia Medis

Di lingkungan rumah sakit, komunikasi tidak hanya terjadi antara dokter dan pasien, tetapi juga antar tenaga medis, seperti dokter senior, dokter junior, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam ilmu komunikasi, ini dikenal sebagai komunikasi antarprofesional, yang menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak dalam suatu organisasi. Dalam konteks rumah sakit, komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, kesalahan pengobatan, bahkan risiko keselamatan pasien.

Beberapa tantangan komunikasi antarprofesional yang tergambar dalam Trauma Code:

  • Perbedaan Hierarki dalam Rumah Sakit:

– Dokter senior memiliki otoritas lebih tinggi dibanding dokter junior atau perawat.

– Dokter junior sering kali merasa terintimidasi saat harus menyampaikan pendapat atau melaporkan kondisi pasien.

– Komunikasi yang asertif (tegas tetapi sopan) sangat dibutuhkan agar semua tenaga medis dapat bekerja sama secara efektif.

  • Tekanan Waktu dan Stres:

– Dalam keadaan darurat, komunikasi sering kali harus dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga keterampilan komunikasi yang baik sangat diperlukan.

– Setiap tenaga medis harus tetap tenang dan fokus dalam menyampaikan informasi agar tidak terjadi miskomunikasi.

Drama ini menampilkan berbagai dinamika komunikasi antarprofesional, mulai dari diskusi medis, konflik antara dokter senior dan junior, hingga kerja sama dalam menangani pasien. Semua ini mencerminkan bagaimana komunikasi yang baik dapat meningkatkan efektivitas kerja tim di dunia medis.

  1. Komunikasi Interpersonal dengan Pasien dan Keluarga

Dalam ilmu komunikasi, komunikasi interpersonal memiliki peran penting dalam membangun hubungan antara dokter dan pasien. Dalam Trauma Code, banyak adegan yang menunjukkan bagaimana tenaga medis berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien, terutama dalam situasi yang emosional dan penuh tekanan.

 

Beberapa teknik komunikasi interpersonal yang digunakan dalam Trauma Code:

  1. Mendengarkan dengan Empati

Dokter tidak hanya memberikan informasi medis tetapi juga harus mendengarkan keluhan dan kekhawatiran pasien.  Pendekatan ini sangat penting dalam membangun kepercayaan antara dokter dan pasien.

  1. Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami

Pasien sering kali tidak memahami istilah medis yang kompleks, sehingga dokter harus menyampaikan informasi dalam bahasa yang lebih sederhana. Penggunaan metafora atau analogi dapat membantu pasien memahami kondisi mereka dengan lebih baik.

  1. Menunjukkan Sikap Peduli

Gestur tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah juga memainkan peran penting dalam menciptakan komunikasi yang lebih humanis.  Dalam drama ini, dokter yang mampu menunjukkan kepedulian dan empati sering kali lebih dipercaya oleh pasien dan keluarganya.

  1. Representasi Media dan Framing Dunia Medis dalam Trauma Code

Sebagai sebuah drama, Trauma Code juga berperan dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap dunia medis. Dalam ilmu komunikasi, ini dikenal dengan konsep framing dan representasi media, yaitu bagaimana media menyajikan suatu realitas kepada audiens.

Beberapa pertanyaan kritis yang bisa dianalisis terkait representasi dunia medis dalam drama ini:

– Apakah drama ini menggambarkan dunia medis dengan realistis atau lebih dramatisasi?

– Bagaimana karakter tenaga medis dikonstruksi dalam cerita?

– Apakah drama ini memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat tentang prosedur medis?

 

Dalam banyak drama medis, sering kali terdapat bias dramatisasi yang membuat dunia medis tampak lebih heroik atau penuh konflik dibanding kenyataan. Hal ini bisa mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami dunia kesehatan dan peran tenaga medis di kehidupan nyata.

Misalnya, dalam Trauma Code, beberapa adegan mungkin dibuat lebih dramatis untuk meningkatkan ketegangan cerita, tetapi tidak selalu sesuai dengan protokol medis yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penting bagi penonton untuk tetap kritis dalam menyerap informasi dari drama ini.

Drama Trauma Code tidak hanya menarik dari segi alur cerita dan karakter, tetapi juga menjadi contoh bagaimana ilmu komunikasi berperan dalam dunia medis. Dari komunikasi krisis dalam situasi darurat, komunikasi antarprofesional dalam tim medis, komunikasi interpersonal dengan pasien, hingga representasi media tentang dunia kesehatan, drama ini mencerminkan berbagai aspek komunikasi yang penting dalam kehidupan nyata.

Dengan memahami ilmu komunikasi melalui drama ini, penonton tidak hanya bisa menikmati kisahnya tetapi juga lebih memahami bagaimana komunikasi yang baik dapat menyelamatkan nyawa, meningkatkan kerja sama tim, serta membangun hubungan yang lebih baik antara tenaga medis dan pasien.

Sebagai kesimpulan, Trauma Code mengajarkan bahwa komunikasi yang efektif bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang mendengar, memahami, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih besar: menyelamatkan nyawa manusia.