Cara Seorang Autisme Berkomunikasi Dengan Lingkungan
Komunikasi merupakan cara kita untuk berinteraksi dan bertukar fikiran dengan setiap individu. Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat karena alaminya manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup secara individual. Setiap manusia memerlukan komunikasi untuk keberlangsungan hidupnya. Biasanya dengan keberhasilan sebuah komunikasi ditandakan dengan kesamaan kelarasan antar individu. Dengan berkomunikasi, seorang individu dapat menanggapi suatu hal, mengungkapkan perasaan, menyampaikan informasi, dapat memperluas pengetahuan. Namun, tidak semua orang mendapatkan keberuntungan yang sama seperti manusia pada umumnya. Salah satu yang tidak dapat melakukan komunikasi dengan baik adalah anak yang mengidap Autisme.
Anak Autisme pada umumnya mengidap gejala yang dimana kesulitan menggunakan bahasa dan mengekspresikan dirinya. Anak autisme juga berprilaku berulang-ulang dan susah untuk berkomunikasi dengan baik sehingga sering kali kita tidak mengerti apa yang diinginkan Anak Austisme. Maka dari itu, kita harus mengetahui cara seorang autisme dapat mengekspresikan dirinya sehingga dapat menanggapinya dengan baik. Dari beberapa penelitian mengatakan bahwa cara anak autisme berkomunikasi dengan menyampaikan pesannya dengan non-verbal. Biasanya menunjukkan bahasa tubuh seperti gerak-gerik tangan dan gestur tubuh. Namun, hal ini masih belum dapat dimengerti sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Lalu, Bagimana cara memahami lebih jelas emosi Autisme?
- Dengan meneliti ekpresi/mimik dan bahasa tubuh secara bersamaan.
Salah satu ciri dari Anak Autisme ialah mereka sangat peka dengan perubahan lingkungan sekitar mereka. Mereka dapat dengan cepat merespon apa yang terjadi dengan spontan. Dengan Memperlihatkan emosi melalui ekspresi merupakan cara berkomunikasi Anak Autisme. Dengan memahami ekspresi, kita dapat lebih paham dengan apa yang Ia rasakan. Contoh bedasarkan penelitian:
- Terlihat prilaku penolakkan pada Anak Autis seperti memperlihatkan ekspresi wajah marah dengan alis mengerut, mata terbuka sedikit dan bibir menganga terbuka secara bersamaan. Biasanya, dibarengi oleh rasa memberontak atau memukul-mukul meja.
- Terlihat ekspresi wajah seperti menunjukkan alis yang terangkat (disatukan) dan mata terpejam, bentuk kelopak mata bawah, bibir terbuka dan merengang. Biasanya, Anak autisme akan spontan berteriak atau melakukan secara berulang-ulang seperti memukul kepala dikala Ia merasa tidak aman.
- Ekspresi sudut bibir dilengkungkan ke bawah dan mata turun. Saat Anak autisme merasakan sedih biasanya dibarengi oleh ekspresi marah seperti meraung sambal memukul-mukul meja.
- Ekspresi yang sangat mudah tertebak yaitu mata berkilau dan mulut ditarik kembali ke sudut-sudut atau tersenyum.
Autisme bukanlah merupakan gejala penyakit, melainkan sebuah sindrom yang dimana kurangnya dalam berbahasa, bersosialisasi dan kepeduliaan pada lingkungan sekitar sehingga dapat dikatakan seperti memiliki dunianya sendiri. Harus kita sadari bahwa hal ini bukanlah sebuah kekurangan. Manusia diciptakan sesuai dengan kehendak tuhan yang dimana kita diciptakan tanpa adanya kekurangan. Yang berarti, Autisme bukanlah sebuah kekurangan melainkan kelebihan yang di anugrahi tuhan sehingga Anak Austime adalah anak yang luar biasa.
Kita sebagai manusia yang masih dapat berkomunikasi dengan baik dan dianugrahi dengan penuh kesempurnaan harus senantiasa selalu bersyukur akan rahmat yang diberikan YME dan membantu mereka yang berkebutuhan khusus untuk dapat menjalani dunia sosialisasi yang baik. Hal ini dapat melalui tindakan kecil seperti tidak mengejek, menghargai perbedaan satu sama lain dan bertindak biasa saja, agar mereka merasa tidak terasingkan dari kehidupan manusia.
Dapat disimpulkan, Anak Autisme cenderung lebih spontan dan sulit untuk tidak mengekspresikan emosinya. Namun, hal ini dapat dikembangkan dan dilatih untuk menjadi lebih baik lagi. Pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh bagi perkembangan Anak Autisme. Orang tua memberikan Pendidikkan pertama pada anak yang berarti kemampuan dapat di asah di ruang lingkup rumah. Dengah hal ini, kemampuan dan kondisi Anak Autisme akan semakin membaik setiap harinya jika orang tua senantiasa mengerti cara menghadapi Anak Autisme. Selain dari orang tua, kemampuan dapat diasah melalui sekolah untuk Autisme. Metode yang gunakan adalah Pitcure Exchange Communication (PECS) dengan meningkatkan bahasa ekspresif. Metode ini menirukan suara dari guru yang sedang mengajar dengan metode gambar.
Referensi:
Ian Tommy Hasibuan, Marlina. (2020). Ekpresi Emosi Anak Autis Dalam Berinteraksi Sosial Di Sekolah, pp. 176-177. Diakses pada 28 November 2022, EKSPRESI EMOSI ANAK AUTIS DALAM BERINTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH | Hasibuan | Jurnal Basicedu (jbasic.org)
Yatim, Faisal Lubis. (2002). Autisme: Suatu gangguan jiwa pada anak, p. 9-11. Jakarta, Penerbit: Yayasan Obor Indonesia.
Seffia Riandi. (2015, November). Pengaruh Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Komunikasi Anak Autis kepada Orang Tua, 2015 November, pp. 100-103. Diakses pada 28 November 2022, Pengaruh Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Komunikasi Anak Autis kepada Orang Tua | Riandini | Jurnal Majority (unila.ac.id)
Kusumastuti, Mahardika. (2014) Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Melalui Pitcure Exchange Communication Pada Anak Autis, pp. 9-14. Diakses pada tanggal 28 November 2022, PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS) PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH AUTIS-HIPERAKTIF AROGYA MITRA AKUPUNTUR KLATEN JAWA TENGAH | Kusumastuti | WIDIA ORTODIDAKTIKA (uny.ac.id)
Hertha Christabelle. (2020). Cara Membesarkan dan Mendidik Anak Dengan Autisme. pp.1| hellosehat.com. Diakses pada tanggal 28 November 2022. Diakses pada tanggal 29 November 2022. Tips Mendidik Anak Autisme Dengan Gaya Parenting yang Tepat (hellosehat.com)
Oleh: Athaya Zahra