Jakarta, 6 Oktober 2018–Communication Department Binus University kembali menyelenggarakan kompetisi tahunan Communication in Action (COMIC 2018) dengan tema “Think then Post: Stop Cyberbullying.” Final kompetisi ini diadakan di Gedung Serbaguna KOMINFO, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9, Jakarta Pusat, pukul 13.00-16.30. Kompetisi ini berhasil mengumpulkan 135 karya dari tiga (3) mata lomba.

Tema mengenai cyberbullyingini diangkat sebagai keseriusan Binus University dalam menghentikan kekerasan terhadap anak. Selain itu sekaligus untuk memperingati Hari Anti Kekerasan Internasional yang jatuh di tanggal 2 Oktober, dan Hari Kesehatan Mental Internasional pada tanggal 10 Oktober.

UNESCO dan Science Daily menyampaikan pada tahun 2017 remaja usia 9-17 tahun rentan terhadap efek negatif internet, termasuk cyberbullying. Dampaknya, anak-anak yang pernah menjadi korban cyberbullying dua kali lebih rentan untuk menyakiti diri sendiri dan melakukan tindakan bunuh diri. Sayangnya hanya satu penelitian tercatat mengenai jumlah cyberbullyingdi Indonesia, yaitu dari Triantoro Safaria. Menurut Safaria, dari 102 SMA yang ada di Yogyakarta, 89% siswanya sempat menjadi korban cyberbullyingsetidaknya sekali.

“Tema ini diangkat sebagai bentuk kepedulian Communication Department, Binus University terhadap isu cyberbullyingyang sedang marak akhir-akhir ini. Cyberbullyingbanyak menyerang anak muda berusia dibawah 25 tahun, dan dapat berakibat fatal, seperti gangguan emosional hingga bunuh diri.” ujar Maria Anggia selaku Head of Communication Department, Binus University. Maria menambahkan, sebagai lembaga Pendidikan, Binus University tidak mau hanya tinggal diam saja melihat cyberbullyingterus menggerus masa depan generasi muda Indonesia.

Situasi di atas juga dikhawatirkan Junito Drias, tenaga ahli kampanye Wahana Visi Indonesia. “Lalu lintas komunikasi massa pada era sekarang, 80 persen memakai kanal internet. Itu artinya si pengguna sangat rawan mengalami cyberbully,” ujarnya. Walau efek bully baik di dunia nyata dan maya adalah sama, bully di dunia maya memiliki ciri khas berupa imajinasi perundungan yang jauh lebih kuat ketimbang bully di dunia nyata. Ini artinya cyberbully mempengaruhi daya khayal anak. Padahal kemampuan imajinasi dalam usia tumbuh kembang sangat penting.

“Menurut laporan UNICEF tahun 2016, 41 hingga 50% remaja Indonesia pernah mengalami cyberbully(perundungan siber). Kami yakin bahwa solusi riil atas permasalahan ini adalah peningkatan literasi digital secara masif, komprehensif, dan sistematis. Kompetisi COMIC 2018 adalah salah satu pendekatan kreatif dalam menebarkan kepedulian terhadap perundungan siber dan mengurangi potensi ancaman di dunia maya bagi generasi muda” tegas Dedy Permadi Ph.D selaku Ketua Umum GNLD Siberkreasi.

Kerjasama yang harmonis antara Communication Department, Binus University, Wahana Visi Indonesia (WVI), Campaign.com, Siberkreasi dan Kominfo berhasil mewujudkan kompetisi yang sehat serta meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu cyberbullying. COMIC 2018 ini memiliki 3 (tiga) mata lomba, yaitu public speaking, e-poster, dan video campaignberdurasi 1 menit. Lomba ini dibuka untuk umum, mulai dari usia 15 tahun hingga 23 tahun, dan sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswa (informasi detil tentang COMIC 2018 dijelaskan dalam factsheetterlampir).

Penilaian tim Dewan Juri melihat beberapa aspek seperti orisinalitas, kreativitas, dan kesesuaian karya dengan tema cyberbullying. Peserta mengirimkan karya secara online, selanjutnya dipilih 10 finalis dari public speaking, 5 finalis dari e-posterdan 5 finalis dari video campaign. Bagi finalis yang berasal dari luar kota dan berhalangan hadir, panitia memfasilitasi penilaian melalui video call. Khusus untuk public speaking, seluruh peserta wajib hadir pada saat final. Total hadiah untuk seluruh pemenang adalah 10 juta rupiah, piala dan sertifikat.

Ahmad Aziz, Community Engagement Officer dari Campaign.com juga menambahkan “Campaign sangat senang dengan adanya kompetisi yang bertujuan untuk memberitahu secara lebih luas mengenai cyberbullying, bagaimana menghindari, mencegah hingga menghadapinya. Apalagi di momentum Hari Anti Kekerasan Internasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, harapannya lebih banyak anak muda yang berkomitmen untuk memberantas adanya kekerasan terutama di dunia maya, berhenti berkomentar buruk di media sosial dan membalasnya dengan yang positif”.

Communication in Action 2018 ini diharapkan menjadi awal dari kepedulian generasi muda terhadap isu cyberbullying, dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pihak untuk mewujudkan Indonesia bebas cyberbullying.