“Aku ingin sekali punya hati sebaikmu.
Tidak pernah punya prasangka walau sebesar debu.” – Tere Liye

Suatu hari, ada seorang nelayan yang sedang mencari ikan dilautan. Ia bekerja selama berjam-jam menangkap ikan demi memenuhi kehidupannya juga keluarganya. Beberapa saat kemudian, nelayan ini mengangkat jaringnya dan mengharapkan sebuah tangkapan yang besar. Namun, yang ia temukan ialah hanya sebuah kerang yang dipenuhi dengan kotoran yang berasal dari laut dan mempunyai bentuk yang tidak menarik dimata sang nelayan tersebut. Nelayan berpikir bahwa kerang ini tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan dari bentuknya saja sudah membuat dia kesal. Dengan hati yang amat berat, nelayan tersebut kemudian menghempaskan kerang tersebut kembali kedalam lautan. Setelah ia mengempaskan kerang tersebut didalam lautan, mulut kerang tersebut kemudian terbuka lebar dan memperlihatka sebuah mutiara indah yang berkilauan disekitar lautan tersebut. Namun sayang, nelayan tersebut tidak dapat melihat mutiara tersebut dari permukaan dan malah meninggalkan lautan tersebut dengan perasaan kesal.

Dalam kisah tersebut, banyak hal yang bisa disimpulkan menjadi berbagai macam makna oleh siapa saja yang mengartikannya. Kisah yang cukup menarik ini menceritakan tentang seorang nelayan yang akhirnya mendapatkan tangkapannya, namun ia harus kecewa karena menurut dia tangkapan itu tidak bermanfaat bagi dirinya. Padahal tanpa sepengetahuannya, kerang yang ia tangkap bernilai jauh lebih tinggi. Jikalau diartikan, kisah ini mirip dengan keadaan kita sebagai seorang manusia yang tinggal berdampingan dengan manusia lainnya. Bayangkan nelayan itu ialah kita dan kerang merupakan orang baru yang belum pernah kita temui. Orang ini bisa dibilang belum sesuai dengan kriteria yang kita inginkan untuk dapat dijadikan seorang teman. Sama seperti cara nelayan yang melihat kerang dari cangkangnya, Kita juga sering melihat orang hanya dari luarnya saja. Kita bisa saja langsung menilai bahwa orang itu jelek, tidak akan klop jika diajak berbicara, terlihat bodoh, tidak bisa bersosialisasi, juga pikiran buruk lainnya tanpa mengenal diri mereka terlebih dahulu.

Itulah yang dinamakan dengan prasangka, keadaan dimana seseorang menilai orang atau sesuatu yang lain dengan kurang baik tanpa mengenal mereka terlebih dahulu. Manusia memang mempunyai prasangka yang akan sangat mengganggu kehidupan kita sendiri, dan akan merusak adanya persatuan. Selain itu, dengan adanya prasangka yang buruk, juga mengundamg kesalahpahaman. Kesalahpahaman ini yang sering kali membuat orang lain tersinggung dan akan membenci kita.

Pasti pernah.

Berbicara mengenai suatu prasangka buruk, Bukan hanya aku, tapi sudah tidak bisa kita bantah lagi bahwa kita pasti pernah menaruh prasangka kepada orang lain, entah itu prasangka sebatas pemikiran didalam kepala, hingga yang sering keluar dari mulut kita.

Memangnya, apa penyebab dari munculnya prasangka didalam masyarakat?

Prasangka lahir dari bagaimana kita menggelompokkan dan mengkategorikan informasi-informasi yang telah kita dapatkan. Pengelompokkan informasi tersebut dapat berupa barang kesukaan, makanan, cara kita berpakaian, dan masih banyak lagi. Bukan hanya dari pengelompokkan informasi, prasangka juga dapat lahir karena adanya ‘kelas’ atau pengelompokkan orang yang membedakan kita dengan yang lainnya. Seperti gender, ras, usia, jabatan, dan lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan orang menilai ‘anak punk’ sebagai seseorang yang brutal, tidak mempunyai adat, dan tidak mempunyai aturan; padahal pada kenyataannya, tidak semua anak punk atau anak metal berperilaku demikian. Bukan hanya apa yang kita lihat secara langsung, manusia juga sering menaruh prasangka terhadap orang-orang yang kita lihat di sosial media. Terkadang jika ada orang yang memposting foto dirinya dengan baju yang sexy kita dengan semangat langsung menilai dia sebagai ‘perempuan murahan’. Lebih parahnya, pikiran itu terkadang dapat menyebar menjadi kebencian yang ditaruh melalui comment atau komentar yang diberikan kepada orang yang dituju. Prasangka memang bisa berujung kepada kebencian.  Mengapa kita bisa berpikir demikian?

Karena kita berpikir bahwa orang atau kelompok itu merupakan tipe orang atau kelompok yang tidak sesuai dengan standard kehidupan kita, sehingga tidak jarang mereka dipanggil sebagai kelompok yang membangkang.

Bagaimana mengatasinya?

Langkah yang amat tepat untuk mengurangi adanya prasangka ialah dengagn memperbanyak  kontak dengan orang lain. Jika perlu, manusia terkadang harus menurunkan egonya agar setara dengan lawan bicara kita. Langah ini sangatlah tepat jika hendak berpapasan dengan orang lain yang berbeda status atau kelas. Namun, bukan hanya komunikasi saja yang dapat mengurangi prasangka, namun dengan adanya kontak fisik atau afeksi terhadap orang lain, tunjukkan betapa kita mempercayai mereka agar mereka pun bersedia untuk membuka diri kepada kita.

Cara mengurangi prasangka juga dapat berawal dari diri kita sendiri dan bagaimana kita mau berubah untuk tidak cepat menilai orang lain dari luarnya saja dan bagaimana kita bersikap didepan orang baru (don’t judge a book by it’s cover) karena kita tidak tahu seberapa bernilainya orang itu dihadapan kita setelah kita mendapat kesempatan untuk mengenal mereka lebih dekat.

Berprasangka buruk akan selalu memikirkan hal-hal yang buruk pula, jangan sampai kita termakan oleh prasangka dan jangan sampai kita biarkan prasangka merasuki diri kita.

Citra Chermitha –2101640315