Asian Para Games 2018 baru saja dimulai, banyak kisah menarik yang tersaji selama gelaran event olah raga disabilitas terbesar se Asia itu. Tidak hanya prestasi yang mampu diraih, namun Indonesia mampu mencatatkan sejarah baru para perhelatan tahun ini  dimana Indonesia berhak menjadi tuan rumah.

Pada dua perhelatan sebelumnya, peraihan medali Indonesia pada event Asian Para Games 2018 tidak lebih dari 10 Medali Emas. Namun pada perhelatan kali ini, Indonesia mampu meraih 26 Medali Emas. Tentu itu sejarah baru bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia. Mengingat, target yang diberikan oleh pemerintah hanyalah 16 medali emas untuk Asian Para Games tahu ini. Bak kejatuhan durian di siang hari, para kontingen Indonesia tidak yakin atas apa yang mereka terima. Mereka mampu melebihi target yang diberikan, tentu prestasi itu selaras dengan perjuangan mereka yang tak kenal henti dan tak pantang menyerah.

Mengetahui kontingen Indonesia mampu melebihi target yang diberikan oleh pemerintah, KEMENPORA pun mengungkapkan rasa bangganya kepada para pahlawan olah raga. KEMENPORA pun tak segan-segan menyinggung masalah bonus yang akan diberikan kepada para Atlet. Bonus yang diberikan tetap sama seperti perhelatan sebelumnya, Asian Games 2018. Setiap medali emas dihargai 1,5 M.

Nilai yang fantastis, bukan?

Bonus tersebut rasanya cukup seimbang dengan apa yang sudah dikorbankan oleh para pahlawan olahraga. Mereka mengorbankan waktu untuk berlatih secara lama, lebih dari setahun mereka berlatih utuk menyambut perhelatan akbar ini. Mereka rela jauh dari keluarga untuk menjalani pemusatan latihan yang diberikan oleh masing-masing federasi. Tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya yang sibuk kongko-kongko di café, hang out kesana-kesini, mereka justru dibebankan dengan harga diri Bangsa. Sebuah tuntutan yang tidak mudah bagi siapa pun yang menerimanya.

Terlepas dari itu semua, banyak pula kontribusi dari para relawan, panitia dan sosok-sosok penting lainnya yang perlu kita apresiasi kinerjanya karena sudah berhasil mensukseskan Asian Para Games 2018 dan memotivasi serta memberi strategi kepada para Atlet, sehingga mereka mampu meraih hasil yang maksimal dan meleih target yang ditentukan.

Adalah KEMENPORA, Kementerian Pemuda dan Olah Raga yang senantiasa membina dan mengawasi seluruh federasi cabang olah raga, sehingga mampu menghasilkan Atlet-atlet berkualitas dan mampu bersaing diranah Internasional. Kemenpora pun selayaknya selebriti belakangan ini, banyak netizen dunia maya serta masyarakat yang memuji kinerjanya, terlebih kepada pemimpin Kemenpora, Imam Nahrawi.

Keaktifan Imam Nahrawi untuk mengawasai, membina dan menyaksikan secara langsung perjuangan para atlet Indonesia banyak sekali disorot media. Tentu, ia seakan menjadi utopia, bagaimana tidak, beberapa tahun terakhir kita tidak pernah merasakan sosok Kemenpora seperti sosok Iman Nahrawi yang begitu aktif membina Kemenpora. Ditangan ia pula lah banyak prestasi yang diraih dari seluruh atlet dan pemuda Indonesia. Tidak hanya saat ajang Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 saja, jauh dari itu sudah banyak nama yang mampu unjuk gigi di perlombaan Internasional.

Berkat ia pula, olah raga nomor satu yang sangat dicintai masyarakatnya yaitu Sepak Bola mampu menjadi lebih baik dan tertata rapih, baik dari segi kompetisi, dan pengurus. Walaupun bukan semata-mata Imam Nahrawi yang mengurus, kesuksesan itu pun dibantu oleh PSSI. Tapi apa jadinya bisa PSSI tidak ada pengawasan dari seorang Imam Nahrawi? Mungkin akan dibekukan FIFA kembali.

Pada awalnya Menpora mendapatkan ujian berat saat akan melaksanakan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 ini. Banyak kendala yang ia rasakan, dari perbaikan infrastruktur dengan waktu yang kurang, persiapan atlet hingga bau tak sedap disekitaran Wisma Atlet. Namun masalah itu mampu terselesaikan sesuai waktu akibat bantuan dari Pemerintah Negara serta Pemerintah Kota. Tentu mengikuti arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Beberapa kali pun terlihat sang Presiden meninjau langsung kelangsungan acara Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 bersama Imam Nahrawi (Menpora), Basuki (Menteri Pembangunan) dan Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) agar memastikan acara sesuai target yang diharapkan. Dan diharap, kehadiran Presiden serta jajarannya mampu memotivasi para Atlet yang sedang berjuang.

Saya pun mencoba berkunjung ke kantor Menpora yang berada di daerah Senayan, Jakarta Pusat. Niat hati ingin bertemu Imam Nahrawi, agar mampu mewawancarainya terkait kesuksesan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Namun, tidak mudah untuk bertemu beliau, beliau beberapa kali tidak ada dikantornya, akibat sedang blusukan untuk memantau perkembangan atlet-atlet lain yang akan berjuang dibeberapa kompetisi Nasional maupun Internasional beberapa waktu kedepan.

Tak habis pikir, saya pun mencoba mencari nama lain untuk menggantikan Imam Nahrawi sebagai narasumber yang akan saya wawancarai. Akhirnya saya bertemu dengan salah satu staf Kemenpora yang memahami langsung bagaimana persiapan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 hingga mampu diselenggarakan dengan sukses dan sesuai target.

Jovita Lumbangaol, salah satu staf Kemenpora itu menyambut saya dengan ramah dan siap diwawancarai beberapa pertanyaan terkait persiapan dan kelangsungan acara Asian Para Games 2018. Berikut hasil wawancara saya yang berhasil saya rangkum.

  1. Kebetulan

Ia bercerita, pada awalanya bukan Indonesia lah yang seharusnya menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Pada saat pemungutan suara, terdapat tiga negara yang diandalkan menjadi tuan rumah. Diantaranya UAE, Vietnam dan Indonesia. Tak lama setelahnya UAE mundur dari kandidat yang ditentukan. Hasil pemungutan suara Vietnam berhak menjadi tuan rumah dengan mengumpulkan 29 suara sedangkan Indonesia hanya mengantongi 14 Suara.

“Awalnya itu seharusnya Vietnam yang jadi tuan rumah, karena dia menang pemungutan suara, dari sebelumnya ada tiga kandidat negara, UAE, Indonesia dan Vietnam. Namun UAE mengundurkan diri.” Tutur Jovita.

“setelah itu, dua tahun berselang, secara mengejutkan Vietnam melalui Perdana Menterinya memutuskan untuk membatalkan perhelatan akbar ini, hal ini dilirik oleh Presiden Jokowi sebagai kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Mulanya kami ragu, sebab, hanya tersisa beberapa waktu saja untuk menyiapkan berbagai infrastruktur dan venue sebelum jatuh tempo pada tanggal yang ditentukan sesuai agenda Asian Games dan Asian para Games 2018.” Lanjutnya.

“namun setelah menjalani rapat dan mendapat dukungan dari berbagai pihak serta keyakinan bahwa kami (Indonesia) mampu mengadakan acara ini, kami sepakat untuk menerima tawaran dan tantangan yang diberikan oleh Presiden untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018.” Tutur beliau menceritakan proses perjalanan pemilihan tuan rumah Asian Games 2018.

  1. Kewalahan Mengejar Infrastruktur dan Venue.

Setelah keputusan diambil oleh Pemerintah, mereka pun mulai berbenah untuk menyambut dan mensukseskan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Hal yang pertama difokuskan oleh Pemerintah ialah pembangunan infrastruktur dan venue pertandingan. Melalui Kemenpupr, dan dibantu beberapa pemerintah lainnya, mereka mulai menggenjot pembangunan. Untuk pembangunan Veneu olah raga, Kemenpora membantu langsung sesuai standar yang ditentukan dari masing-masing federasi olah raga.

“Setelah keputusan itu, kami langsung fokus membangun insfrastruktur dibawah pimpinan Kemenpupr, dan menpora terlibat langsung untuk pembangunan venue olah raga. Soalnya Kemepupr butuh data dari Kemenpora untuk venue pertandingan, sesuai perhitungan dari masing-masing federasi. Seperti luas lapangan, alas pertandingan dan lokasi-lokasi pendukung apa saja yang diperlukan oleh para atlet, panitia, dan penonton selama berada dilokasi perlombaan.” Ucap Jovita

“Saat itu yang paling mahal serta paling lama perenovasiannya adalah Stadion Gelora Bung Karno. Masalahnya berbeda dengan venue lain yang notabene tidak terlalu luas, atau berbahan dasar tanah (masih kosong) sehingga pembangunannya lebih mudah. Beda dengan Gelora Bung Karno, kami harus merenovasi GBK dalam waktu yang ditentukan, dan presentasi perubahannya mencapai 80%. Sebab, GBK paling banyak digunakan selama event ini berlangsung. Pembukaan dan penutupan juga akan dilakukan disana, berbagai macam olah raga atletik pun akan diselenggarakan disana.” Lanjut Jovita.

Saya pun bertanya tentang apa saja yang direnovasi Pemerintah terhadap GBK.

“Pertama itu kita bikin lebih modern, ya. Karena, tampilan GBK yang sebelumnya sudah sangat buruk, beberapa cat serta fasilitas pendukung sudah rusak. Yang paling kelihatan perbedaannya ialah penampilan luar atau case dari GBK. Saat ini kami sudah membangun GBK menjadi lebih modern dengan adanya lampu LED yang bergerak mewarnai tubuh GBK. Beberapa fasilitas lain seperti kursi yang sudah single seat, toilet, kantin, penambahan ac, toilet, lokasi konferensi pers, wifi dan beberapa lokasi pengambilan air minum secara gratis untuk para pendukung atau tamu yang menyaksikan langsung perlombaan yang diadakan di GBK.” lanjutnya

  1. Bonus Atlet.

Ia mamaparkan tidak ada perbedaan perlakuan antara Atlet Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 terkait jumlah bonus. Menurutnya jumlah bonus yang diberikan oleh pemerintah untuk masing-masing atlet yang mampu mempersembahkan medali emas, nilainya sama. Menurut dia, atlet perorangan Asian Para Games yang meraih emas akan mendapat bonus Rp 1,5 miliar. Sedangkan peraih perak mendapat Rp 500 juta dan Rp 250 juta untuk peraih medali perunggu.

“Untuk atlet beregu juga sama, yaitu bonus sebesar Rp 750 juta untuk medali emas per orang, Rp 300 juta untuk medali perak per orang dan Rp 150 juta untuk medali perunggu per orang,”

Selain itu, kata dia, disiapkan juga hadiah sebesar Rp 20 juta bagi masing-masing atlet yang belum berhasil mendapatkan medali Asian Para Games 2018.

“Bukan hanya bonus berupa uang, atlet-atlet Asian Para Games yang berprestasi juga akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sama seperti atlet Asian Games. Jadi, tidak ada perbedaan bonus,” ungkap Jovita.

Untuk atlet terbesar menerima bonus ialah, Jafro Megawanto yang meraih bonus paling besar. Sebab, Jafro berhasil meraih dua medali emas dan satu medali perunggu. Sepasang medali emas itu didapatkan Jafro saat bertanding pada nomor akurasi perseorangan putra dan nomor akurasi beregu, di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Sementara itu, medali perunggu pada nomor lintas alam beregu putra. Total, Jafro Megawanto mengumpulkan Rp 2,4 miliar hasil dari tiga medali tersebut. Dia mendapatkan Rp 1,5 miliar dari medali emas nomor individual, Rp 750 juta dari medali emas nomor beregu, dan Rp 150 juta dari medali perunggu beregu putra.

  1. Agenda Lanjutan dan Target Untuk Para Atlet Nasional.

Menurut Jovita saat ini Kemenpora tengah mencari dan menyiapkan agenda-agenda lanjutan untuk menjaga performa dan kekompakan para atlet Asian Games 2018 dan Asian Games 2018. “Untuk agenda lanjutan tentu akan kami cari, itu bagus untuk terus melatih skill dan performa pemain, ya. Sejauh ini yang sudah pasti libatkan ialah para atlet Badminton yang akan berlangsung dibeberapa ajang Internasional seperti China Open, Denmark Open, India Open dan lain-lain. Selain atlet Badminton, yang sudah kelihatan jelas ada di olah raga sepak bola. Sebab, pada November nanti, mereka akan merebutkan Piala Aff 2018.” Ucap Jovita ketika ditanyai agenda lanjutan atlet.

Kemenpora pun memiliki target untuk para atlet yang akan berjuang diajang Internasional maupun Nasional yang akan berlangsung beberapa waktu kedepan. “Untuk target tentu ada, harapan kami, kita mampu menyabet juara satu pada setiap tournament. Namun untuk detilnya, badminton kami mengharapkan 3 juara dari 5 perlombaan yang diikuti. Untuk sepak bola di Piala Aff 2018, target kami Juara. Sebab sudah 5 kali kami hanya menjadi runner up atau juara dua. Itu pun sudah dikomunikasikan oleh Pak Imam kepada pihak PSSI, agar target ini terwujud.”

  1. Melebihi Target.

Seperti diawal yang dijelaskan, perhelatan kali ini telah memenuhi bahkan melebihi target yang ditentukan oleh Pemerintah kepada para Atlet yang berjuang di Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Untuk target awal Asian Games 2018, Pemerintah menargetkan kontingen Indonesia penempati peringkat 10 besar dari hasil klasemen. Namun pada kenyataannya, para kontingen mampu melebihi target yang ditentukan dengan menempati posisi 5 besar dari total klasemen akhir.

Untuk Asian Para Games pun demikian. Pada mulanya Pemerintah menargetkan hanya 16 medali kepada kontingen Para Games 2018. Namun para kontingen mampu melebihi taget yang ditentukan dengan mengantongi 26 medali emas hasil gabungan dari beberapa cabang olah raga yang diperlombakan pada event tersebut.

“Tentu ada rasa bangga, ya, kepada mereka yang telah berjuang dengan semangat dan tidak kenal menyerah sehingga bisa melebihi target yang ditentukan.” Ucap Jovita

Disinggung bagaimana pendapat Presiden terkait prestasi atlet, Jovita pun menambahkan bahwa Presiden sangat senang mengetahui kita mampu meraih target yang ditentukan, “tentu beliau senang sekali, beliau mengapresiasi kinerja mai, team, relawan dan para pejuang tanah air kita” ucapnya diselingi senyuman.

Lalu saya pun kembali menyinggung terkait ada atau tidaknya arahan Presiden untuk Piala Aff 2018 yang akan berlangsung beberapa waktu kedepan.

“Tentu Presiden memberikan target atau tantangan kepara pesepak bola kita, target utamanya yaitu Juara, Presiden ingin sekali Indonesia menjadi juara, setelah Tim Nasional U19 kita gagal melaju ke fase Piala Dunia kemarin, namun untuk detilnya, lebih baik ditanyakan kepada PSSI” tutur Jovita.

 

Hmm, bagaimana guys?

Tentu sebuah prestasi tidak lepas dari kerjasama yang kompak dari para team, pendukung, pemerintah dan relawan lainnya. Hal ini dibuktikan pada event Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 yang baru saja berlangsung di Indonesia. Kerja keras pemerintah, team, pemain dan relawan telah mendapatkan hasil yang baik bagi Indonesia, tentu ini menjadi kebanggan dan sejarah bagi Republik Indonesia.

 

FIFA PAVIN – LD51

Marcomm