Memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih merupakan hal yang diinginkan banyak orang, terutama bagi mereka yang memasuki usia remaja. Hal tersebut merupakan hal yang wajar, karena biasanya pada usia remaja mulai timbul rasa penasaran untuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan lawan jenisnya. Berpacaran merupakan proses pengenalan seseorang sebagai sepasang kekasih guna mengetahui seseorang lebih dalam, agar kelak dapat memutuskan dengan matang hubungan tersebut dapat dibawa ke jenjang yang lebih serius untuk selamanya atau tidak. Suatu kesenangan tersendiri saat kita berhasil memilih pasangan yang tepat saat berpacaran karena akan membawa banyak kebahagiaan saat menjalaninya. Namun, sebahagia apapun pasangan, di dalam hubungan yang dijalani pasti tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah. Setiap pasangan akan menghadapi masalah yang sebenarnya bertujuan untuk mengukuhkan hubungan mereka bila mampu melewatinya.

Salah satu kunci kebahagiaan dalam berpasangan adalah kedewasaan. Pasangan yang telah cukup dewasa dapat mengatasi masalah yang ada dengan baik sehingga meminimalisir dalam melakukan tindakan-tindakan yang hanya didasari oleh emosi sesaat yang berakibat sangat fatal tanpa berpikir tenang. Biasanya, semakin lanjut usia seseorang maka orang tersebut cenderung lebih berpikir dan bertindak secara dewasa. Namun, di usia remaja biasanya orang cenderung masih labil, tidak dapat berpikir bijak karena minimnya pengalaman maupun pengetahuan, serta sulit dalam mengendalikan dirinya yang seringkali melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik serta berakibat buruk. Salah satu contoh yang dapat kita lihat mengenai hal tersebut adalah mengenai kasus-kasus yang dialami oleh sepasang kekasih remaja jaman sekarang. Banyak kejadian-kejadian yang terjadi seperti physical abuse, bahkan mental abuse sekalipun.

Sebagian dari kalian hanya sadar atau mengetahui tentang physical abuse, dimana seseorang disakiti secara fisik dan hasil dari perbuatan bisa terlihat secara kasat mata. Seperti misalnya kasus pemukulan wanita dalam kehidupan rumah tangga, mantan pacar yang membunuh mantan pacarnya dan pacar barunya. Namun tanpa disadari, mental abuse memiliki dampak yang sama berbahayanya dengan physical abuse, karena mental abuse bisa membuat pikiran seseorang tertekan dan mempengaruhi keseluruhan dari kehidupan seseorang tersebut. Mental abuse adalah keadaan dimana seseorang disakiti secara mental, dapat berupa suatu perlakuan atau ucapan verbal, dan hasil dari perbuatan tidak bisa dilihat secara kasat mata dan cenderung menghancurkan pikiran seseorang. Mental abuse dan physical abuse umumnya terjadi dalam suatu hubungan percintaan, baik dalam suatu hubungan rumah tangga maupun hubungan sepasang kekasih.

Mental abuse biasanya membuat diri kalian merasa lemah, rendah, dan tidak berharga di dalam menjalani suatu hubungan. Seperti misalnya:

  • Memberikan hukuman di dalam sebuah hubungan percintaan yang berfungsi agar pihak 1 dapat mengontrol pihak 2. Contoh: “Aku gak mau ketemu kamu sebelum kamu lakuin apa yang aku mau”
  • Mengancam agar kemauan si mental abuser terpenuhi. Contoh: “Kalo kamu gak block dia, kita putus”
  • Seseorang yang melakukan mental abuse menyudutkan kalian di suatu situasi yang mengharuskan kalian memilih. Contoh: “Jadi kamu lebih milih kerjaan dibandingkan aku?”
  • Tidak menghargai hal-hal pribadi yang dimiliki setiap orang. Contoh: memaksa untuk memberikan password handphone, sosial media, email untuk menganalisa apa yang kalian lakukan.
  • Menghancurkan, merusak, atau melempar barang milik kalian saat sedang bertengkar.
  • Larangan yang diberikan karena memiliki rasa takut pacarnya akan direbut orang lain. Contoh: larangan untuk berhubungan dengan teman lawan jenis.
  • Mengekang kalian dari hal atau aktivitas yang mereka tidak sukai.

Hal-hal tersebut menunjukan kalau hubungan yang sedang dijalani adalah hubungan yang tidak sehat, dan hubungan seperti ini layak untuk ditinggalkan.

“Kalo menurut aku sih, cinta itu tentang dua orang yang saling tumbuh dan mendewasakan masing-masing pribadi. Kita harus mendirikan rasa percaya satu sama lain dan mengerti satu sama lain dengan pasangan kita. Juga harus menyempurnakan kekurangan satu sama lain agar menjadi sempurna. Kalo hubungan yang sehat itu ya, sebagai pribadi yang dewasa harusnya saling mengingatkan dan mengajarkan mana yang benar mana yang salah,” ujar Albert saat ditanyai pendapat mengenai cinta dan hubungan yang sehat. Menurut Albert, tidak sedikit kasus-kasus menyedihkan yang terus terjadi akibat masalah percintaan remaja. Hal seperti ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor, seperti misalnya dari pihak yang menjalankan hubungan mungkin belum bisa mengambil keputusan dengan benar, bertindak secara impulsive tanpa berpikir panjang. Tidak menyadari bahwa mereka belum siap untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, kurangnya pengetahuan para remaja mengenai pacaran yang benar, ataupun kurangnya masukkan-masukkan dari orang yang lebih berpengalaman mengenai hal tersebut. Semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi respon apa yang akan dilakukan oleh remaja tersebut dalam menghadapi masalah apapun yang dihadapinya.

Tindakan nyata pun harus dilakukan guna mencegah kejadian physical abuse, mental abuse, dan masalah lainnya agar tidak terus berlanjut. Beberapa hal dapat dilakukan sebagai bentuk penanganannya, seperti mengingatkan betapa pentingnya untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain, pentingnya peran orang tua dalam mengetahui kisah asmara anak mereka, pengadaan seminar mengenai percintaan remaja yang benar, keterbukaan dari pihak yang bersangkutan saat sedang dalam masalah kepada orang yang lebih dewasa mengenai hal tersebut, dan lainnya guna membentuk mereka yang menjalankan hubungan sepasang kekasih untuk mengetahui seperti apa hubungan yang sehat.

 

Valerie

2101649314