6 BAND DAN MUSISI  YANG  MENGUSUNG LIRIK SOSIAL DAN ISU POLITIK

  1. NAVICULA

Siapa yang tidak mengenal Navicula? Band yang berasal dari Pulau Dewata ini menyuguhkan musik-musik yang berbeda dari kebanyakan band yang hadir di Indonesia dengan lagu cinta-cintanya. Navicula didirikan tahun 1996 di Bali, Indonesia. Formasi Navicula terkini adalah: Robi (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass), Gembull (drum). Nama Navicula diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu, berbentuk seperti kapal kecil (dalam bahasa Latin, Navicula berarti kapal kecil). Band ini mengusung rock sebagai warna dasar musik mereka, berpadu dengan beragam warna etnik, folk, psychedelic, punk, alternatif, funk, dan blues. Liriknya sarat dengan pesan aktivisme dan semangat tentang Damai, Cinta dan Kebebasan.

Lagu-lagu yang familiar ialah Mafia Hukum, Metropolitan, Busur Hujan dan beberapa banyak lagu lagu yang asyik untuk didengarkan, salah satunya lagu yang mengusung tema Orang Utan. Ya, Orang Utan menjadi salah satu fokus dari Navicula, lagu ini diusung karena banyaknya kejahatan serta kelakuan buruk yang diterima Orang Utan, mengingat Orang Utan adalah hewan asli Indonesia dan populasinya kian menurun disetiap tahunnya.

Berikut cuplikan liriknya;

Orangutan gila karena manusia gila

Tak betah tinggal di kota, dia rindu habitatnya

Di rimba…

Orangutan murka mengamuk serang manusia

Manusia bawa senjata, orangutan tertawa

Terbang ke surga…

Orangutan akan jadi legenda…

  1. EFEK RUMAH KACA

Bagi pecinta musik indie tanah air, rasanya tak mungkin bila tidak mengenal band yang satu ini. Efek Rumah Kaca adalah grup musik indie yang berasal dari Jakarta. Terdiri dari Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Mereka dikenal oleh para pecinta musik di Indonesia lagu-lagu mereka yang banyak menyentuh dan memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan. Sampai sekarang, band ini sudah mengeluarkan tiga buah album studio, yaitu Efek Rumah Kaca pada tahun 2007, Kamar Gelap pada tahun 2008 dan Sinestesia pada tahun 2015 lalu.

Lagu-lagu Efek Rumah Kaca pun beberapa kali dilibatkan dalam sebuah produksi house. Sebut saja salah satu acara talk show yang sudah sangat familiar, seperti Mata Najwa. Dalam program itu, Efek Rumah Kaca berkolaborasi langsung dengan Najwa Shihab dalam membuat lagu untuk digunakan sebagai ost dari program tersebut. Lagunya pun cukup enak didengar dengan judul Seperti Rahim Ibu.

Berikut potongan liriknya ;

Kemanusiaan itu

Seperti terang pagi

Rekahkan harapan

Menepis kabut kelam

 

Niatkan

Tinju terkepal

Pekik menebal

Terjang aral

Pagi pasti terkejar

 

Seandainya negeriku

Serupa rahim ibu

Merawat kehidupan

Menguatkan yang rapuh

 

  1. JASON RANTI

Musisi 32 tahun itu hadir dengan album penuh perdana – Akibat Pergaulan Blues – yang terdengar berbeda. Jason yang sebelumnya dikenal sebagai personel dari grup Stairway to Zinna, melakukan hal yang benar-benar berbeda dari apa yang pernah dilakukan sebelumnya, menjadi musisi solo. Dia tidak lagi berlindung pada riuh distorsi dan pukulan drum yang masif, melainkan maju sendiri bermodalkan gitar dan lirik.

Sebagai musisi solo, senjata pamungkas Jason bukan terletak dari kemampuan bermain gitar yang rumit dan atraktif, bukan pula rangkaian nada yang terdengar begitu teduh. Tetapi pada kekuatan lirik. Jason mampu merangkai sebuah lagu seperti sebuah perjalanan yang kaya makna. Menampar keras pipi kita bahwa ada realita sosial yang lebih penting dari sekadar mengglorifikasi perasaan rindu lewat lagu. Rangkaian lirik yang dirakit Jason terdengar jujur, lugas, kritis, juga slebor. Di satu sisi, memiliki sarkasme, satire, dan humor dalam takaran yang tepat.

Berikut potongan lirik Jason Ranti – Kafir ;

Berjalan dengan sejuta ancaman

Mungkin kuharus telepon Komnas HAM

Dini hari nanti ku harus pergi

Bye bye family kuharus melarikan diri

Dari segala penjuru mereka datang menghadang

Pikiran seragam dengan bordiran dibelakang

Awas itu Komandan dengan bahasa dendam

Oh Bulanku sembah, lalu ia marah

Ia fitnaku dalam-dalam…

  1. NOSSTRESS

Setelah berulangkali berganti personel, aliran musik dan nama sejak tahun 2007, akhirnya lahirlah trio folk Nosstress di tahun 2008. Man Angga (Gitar/Vokal), Kupit (Gitar/Vokal) dan Cok Bagus (Kajon/Harmonika/Pianika). Dari hanya membawakan cover version secara akustik, Angga, Kupit dan Cok mulai menciptakan karya-karya originalnya hingga pada medio Oktober 2011 Nosstress secara resmi merilis album perdananya berjudul “Perspektif Bodoh” yang dilauching di Serambi Art Antida (kini Antida Sound Garden), Denpasar.

Bermain dengan blues dan folk dalam alunan pop, Nosstress menyederhanakan kritik, optimisme, dan kepedulian terhadap lingkungan dalam cerita-cerita yang ringan tanpa mencekoki pendengarnya, bahkan menempatakannya dalam narasi keseharian hidup untuk kita semua, didendangkan dengan suka cita.

Nosstres – Indonesia Begitu Katanya

hoouuu pernah dengar Endonesya

Kerakyatan yang dipimpin oleh Khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan

saking panjangnya jadi gak ngerti apalagi banyak rakyat yang gak paham membaca

huuuuuu begitu…

hoouuu pernah dengar Endonesya

Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

sayangnya semua adil sudah terbeli oleh yang mampu membeli

huuuuuu begitu… huuuuuu begitu… 

  1. FEAST

Feast atau biasa ditulis .Feast adalah grup musik rock asal Indonesia yang beranggotakan Baskara Putra, Adnan S.P, Dicky Renanda, F. Fikriawan dan Adrianus Aristo Haryo. Grup musik ini terbentuk dari sekumpulan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Pada tahun 2014, mereka merilis rilisan debut berjudul “Camkan”. Singel tersebut berisi tentang kegelisahan terhadap kebebasan beragama di negeri Indonesia.

Pada 13 Juli 2018, Feast merilis singel utama untuk album kedua yang akan datang, berjudul “Peradaban”. Lalu, .Feast menggandeng penyanyi elektronik Rayssa Dynta pada singel kedua berjudul “Berita Kehilangan” yang dirilis pada 10 Agustus 2018. Singel ini bercerita tentang hal-hal nyata tentang kriminalisasi yang pernah terjadi di Indonesia, seperti kasus pemerkosaan, pemberontakan tanpa alasan, serta pelatihan bibit-bibit teroris.

FEAST – Berita Kehilangan

Biarkan aku pergi dengan tenang

Bunda kali ini saja jangan menangisi jasadku

Namaku abadi

Kebencian takkan pernah menang karena

Beberapa orang memaafkan

Beberapa yang lain yang membawa

Berita kehilangan melalui

Perbuatan perkataan menyakitkan

  1. MARJINAL

Grup band punk rock Indonesia yang terbentuk awal 1997, mereka terbentuk atas latar belakang kesamaan dalam menyikapi belantika hidup satu sama lainnya. Mereka berusaha menyampaikan suatu pesan akan suatu penolakan maupun penerimaan dan harapan setelah apa yang dirasa, dilihat, di raba, dan di dengar dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya, mereka ingin kuliah, tapi semakin lama mereka tidak tertarik. Apa yang dipelajari di kampus telah mereka kuasai, mereka telah ahli dalam menggambar, desain dan lain-lain. Para personel Marjinal bertemu dan membicarakan situasi di luar kampus, yang atmospherenya bersifat represif, nggak bebas mengeluarkan pendapat atau berekspresi. Lalu mereka membangun sebuah jaringan namanya Anti Facist Racist Action (AFRA), yang didalamnya berisi kawan-kawan yang mempunyai kesadaran melawan sistem yang fasis.

Mereka menggunakan media visual, lewat poster dari cukil kayu, baliho dan lukisan yang menggugah kesadaran generasi muda, untuk melawan sistem fasis yang diusung Orde Baru. Selain melakukan diskusi, penerbitan newsletter, dan aksi turun ke jalan, mereka secara kebetulan juga bermain musik. Dengan modal gitar dan jurus tiga kunci, mereka membuat lagu sendiri yang berangkat dari kenyataan hidup sehari-hari. Kemudian mereka menamakan kelompok itu awalnya Anti Military.

Marjinal – Hukum Rimba

 

hukum adalah lembah hitam

tak mencerminkan keadilan….

pengacara juri hakim jaksa

masih ternilai dengan angka…

(uang)

hukum telah dikuasai

oleh orang orang beruang…

hukum adalah permainan

tuk menjaga kekuasaan…

 

 

ALI AKBAR –LD51

MARCOMM