Pagi itu, di bulan September, di kelas saya sedang belajar mata kuliah Introduction to Public Relations. Seperti biasa mendengar dosen menjelaskan teori dan berbagi pengalamannya, Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, dari Communication Department. Katanya, mereka menjelaskan tentang Immersion Program, program studi tur ke Singapura.

Saya dengar dengan seksama, dan tertarik. Kenapa saya tetarik? Karena pengalaman yang ditawarkan adalah mengunjungi kampus dan perusahaan berskala internasional. Otomatis saya akan mendapatkan sudut pandang yang baru dari PR berpengalaman perusahaan Golin dan The Hoffman, Singapura.

Saya mengajak teman-teman untuk ikut. Tapi sayang mereka enggan karena pelaksanaan program Immersion ini bertabrakan dengan jadwal ujian tengah semester. Saya pun sempat berpikir untuk tidak ikut. Namun kesempatan tidak datang dua kali, dan pengalaman ini dapat dijadikan sebagai bekal saya untuk menjadi seorang Public Relations nanti. Apalagi ini berskala internasional. Akhirnya, saya pun mendaftar.

November 2018, tanggal 12, kami berangkat dari Jakarta menuju Singapura. Sesampai di sana, saya dan yang lain menuju hotel dan segera bergegas mengunjungi Vintage Cameras Museum, Singapura. Menarik. Saya bisa melihat perkembangan kamera dari awal ditemukannya hingga kamera mata-mata intel. Namun ketika kami hendak kembali ke Hotel 1929, kami disambut oleh hujan deras, tapi tentu tidak mengalahkan ke-excited-an kami sore itu.

Hari kedua, saya dan 20 orang yang lain berkunjung ke Republic of Polytechnic Singapura, dimana kami belajar mengenai mass communication dan penyiaran. Republic Polytechnic ini adalah universitas negeri di Singapura. Ketika mereka memperlihatkan fasilitas yang ada, dan jujur, kami sangat terkesima dengan teknologi yang mereka gunakan. Kami tidak menyangka bahwa kampus ini adalah universitas negeri. Sungguh canggih! Setiap detail dan seluk-beluk kampus diperhatikan designnya.

Suasana kampus Republic Polytechnic ini  sangat nyaman. Kalau  anak zaman sekarang bilang ‘aesthetic’ dan instagramable. Mungkin kalau Binus Univeristy diubah seperti ini, saya akan betah tinggal lebih lama di kampus.

Hari ketiga, ini yang paling berkesan bagi saya. Mengapa? Kegiatan hari itu adalah company visit. Ini adalah alasan utama saya mengikuti program Immersion ini. Golin adalah perusahaan pertama yang dikunjungi. Kami disambut hangat oleh Mr. Shouvik. Dengan ramah pria paruh baya ini menyapa dan mempersilahkan masuk ke ruangan yang telah dipersiapakan untuk kami. Penjelasan yang diberikan Mr. Shouvik mengenai Public Relations cukup detail dan terkadang beliau mempersilahkan kami untuk memberikan pertanyaan berkaitan dengan Public Relations. Dan lucunya lagi, kami bertemu dengan orang Indonesia, yang ternyata bekerja di Golin. Wanita asal Sumatra ini begitu bahagia terlihat dari raut wajahnya begitu melihat kami berkunjung.

Selanjutnya adalah The Hoffman Agency. Bila disuruh memilih antara Golin dan The Hoffman Agency,  yang menjadi favorit saya adalah The Hoffman Agency. Bukan berarti The Hoffman Agency lebih baik dari Golin. Dua-duanya sama-sama memberi saya ilmu. Keduanya berbagi pengalaman mereka di dunia Public Relations dengan cara mereka masing-masing.  Tetapi materi yang mereka sampaikan lebih mudah saya cerna ketika saya berkunjung di The Hoffman Agency. Mr. Rasyid menjelaskan dengan jokes di sela-sela bahan materi, sehingga tidak terdengar membosankan.

Ketika Mr.Rasyid mempersilahkan untuk sesi tanya jawab, saya pun bertanya. Ada dua pertanyaan yang saya ajukan, yaitu “Apa problem yang paling besar yang pernah dihadapi Hoffman?” dan “Berbicara mengenai kasus kecelakaan Lion Air, apabila Mr.Rasyid menjadi PR Lion Air Group, apa yang akan dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen?”.

Untuk pertanyaan pertama, jawaban beliau adalah “cost” atau biaya, karena untuk mencapai suatu target dibutuhkan cost yang berbeda-beda dan tidak kecil, dan di sinilah kendala hadir. Dimana klien ingin harga murah namun dengan site plan yang maksimal serta request yang begitu banyak dari sang klien. Terkadang The Hoffman Agency harus berani memutuskan hubungan pekerjaan dengan klien seperti itu, dan berharap klien tersebut menemukan Public Relations Agency yang lebih sesuai untuk mereka.

Pertanyaan kedua dijawab diselipkan dengan candaan, Mr. Rasyid mengungkapkan bila dia menjadi PR Lion Air Group, yang ia lakukan pertama kali adalah resign dari perusahaan tersebut, karena tujuan utama dia adalah untuk mencari nafkah. Semuanya yang hadir di ruangan itu tertawa, tapi jawaban itu hanya sekedar lelucon semata. Kemudian setelah tawa di ruangan itu mereda, Mr.Rasyid beralih ke jawaban serius. Bagi beliau langkah pertama yang harus dilakukan ialah meminta maaf dan mengakui kesalahan. Lalu secepatnya melaksanakan kewajiban perusahaan terhadap keluarga korban sesuai dengan pasal dan undang-undang yang berlaku.

Untuk mengembalikan kepercayaan konsumen Lion Air, perusahaan perlu melakukan pengecekan kembali pesawat Lion Air dan memastikan bahwa setiap pesawat layak dan aman untuk digunakkan. Beliau mengambil contoh kasus Toyota, dimana airbag dalam salah satu produk mobil Toyota tidak berfungsi. Yang dilakukan oleh pihak Toyota adalah menarik semua produk mobil tersebut, baik yang sudah dijual maupun yang belum, untuk melakukan pengecekan ulang dan perbaikan sehingga konsumen pun merasa aman dan terjamin keselamatanya.  Saya mengangguk puas atas jawaban yang diberikan Mr.Rasyid. Sama seperti di Golin, mereka pun menyempatkan untuk mengambil foto bersama kami.

Hari berikutnya diisi dengan jalan-jalan ke Universal Studio Singapore sampai sore, sisanya saya dan yang lain diberi waktu bebas. Dan tidak terasa besoknya sudah waktunya untuk pulang. Awalnya saya mengira program Immersion cukup lama karena menghabiskan lima hari empat malam. Namun ternyata waktu terasa cepat apalagi ditambah dengan teman-teman baru.

Dan ternyata program ini memberikan saya pengalaman yang baru dan seru. Selain menambah teman, saya pun mendapat pengetahuan dan cara pandang baru terhadap dunia Public Relations. Dimana cara mengatasi masalah yang dihadapi perusahaan, mengetahui bagaimana trik persuasif terhadap stakeholder maupun target market, dan banyak lagi.  Ikut Immersion lagi apa tidak? Jelas saya pasti mau!

 

VINCENSIA REGINA CAELI

2101713001