Tahukah Anda, bahwa tradisi suku Betawi itu sangat beraneka ragam. Tradisi Betawi ada hampir disemua lini kehidupan. Banyak diantara tradisi itu yang sudah mulai punah karena tergerus zaman, tetapi ada pula tradisi yang masih dilestarikan. Salah satu tradisi unik yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Betawi adalah  merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan silaturahmi selama tujuh hari berturut-turut.

Masyarakat Betawi yang masih menjalankan tradisi merayakan Hari Raya Idul Fitri tujuh hari berturut-turut  adalah masyarakat Betawi yang tinggal di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Di daerah ini masih banyak masyarakat asli suku Betawi yang tetap mempertahankan tradisi dan budaya yang diwariskan oleh masyarakat terdahulu, karena menurut mereka tradisi ini harus tetap dilakukan pada setiap tahunnya agar budaya-budaya yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu tetap melekat pada setiap masyarakat asli suku Betawi.

Dilestarikannya tradisi ini pun juga memiliki tujuan utama, yaitu untuk mempererat tali silaturahim dengan sanak saudara. Karena seperti yang kita ketahui, hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat sibuk untuk bekerja setiap harinya dan tidak memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk menghampiri sanak keluarga di berbagai daerah sekitarnya. Oleh karena itu, dengan dilestarikannya tradisi ini diharapkan tali silaturahim atau tali persaudaraan akan tetap terjaga seutuhnya.

Selama tujuh hari berturut-turut, setiap harinya sudah tersedia jadwal yang ditetapkan secara turun temurun untuk menentukan pembagian daerah atau kampung yang akan menjadi tuan rumah.

Berikut adalah agenda perayaan Idul Fitri selama tujuh hari dengan jadwal dan rute perjalanan sebagai berikut :

  1. Hari pertama diperuntukan untuk bersilahturahim ke rumah orang tua, adik, kakak, atau keluarga inti saja.
  2. Hari kedua dijadwalkan untuk bersilaturahim dari kampung Selong – Tanah Koja.
  3. Pada hari ketiga, giliran keluarga yang tinggal di daerah Kosambi dan sekitar yang bertugas sebagai tuan rumah untuk melayani tamu yang akan datang.
  4. Di hari keempat, daerah sekitar Ponpes Al-Itqon, Kompleks Cemara, Pondok Randu, Bojong, hingga Pondok Cabe mendapatkan giliran untuk menjadi tuan rumah. Memasuki hari kelima, jarak yang ditempuh untuk bersilaturahim menjadi semakin jauh.
  5. Pada hari kelima ini, para masyarakat asli suku Betawi dijadwalkan untuk mengunjungi sanak keluarga yang berada di daerah Rawa Buaya dan Cengkareng (Bambu Larangan, Batu Ceper, dan Poris).
  6. Hari keenam diperuntukkan bagi keluarga sekitar Cantiga, Pulo, Semanan, dan Gondrong untuk melayani para tamu yang akan datang. Tiba saatnya di hari terakhir, yaitu hari ketujuh.
  7. Pada hari ketujuh ini biasanya dimanfaatkan untuk mendatangi rumah keluarga yang sempat miss atau terlewat, apabila keluarga yang sudah ditetapkan menjadi tuan rumah berhalangan untuk melayani tamu. Dengan alasan karena ada yang sakit atau sedang menjalankan ibadah umroh. Jadi, di hari ketujuh ini dijadikan sebagai hari pengganti untuk bersilaturahim.

 

Demikianlah perayaan Hari Raya Idul Fitri ala Betawi dengan seminggu bersilaturahmi  berkeliling yang setiap tahunnya masih tetap dilakukan oleh masyarakat asli suku Betawi. Walaupun melelahkan karena memakan waktu yang cukup lama, tetapi hal tersebut sudah menjadi rutinas tahunan dan masyarakat pun menyambut tradisi ini dengan senang hati dan gembira pada setiap tahunnya.

( ANANDITA TRI RAHMAWATI – 2101699943 )