Tahun 2017 CNN dalam surveinya menobatkan makanan khas Padang yaitu rendang sebagai makanan terenak di dunia bersama dengan makanan-makanan dunia lainnya. Namun bagi masyarakat Tangerang tak boleh melirik sebelah mata makanan khasnya, terlebih khusus laksa Tangerang.

Masyarakat Tangerang mungkin sudah tak asing dengan kuliner yang satu ini, Makanan yang berupa mie yang terbuat dari bahan baku beras ini menjadi makanan favorit bagi para peminatnya. Makanan yang terkenal dengan kuah kuning kentalnya ini merupakan perpaduan budaya antara Cina dengan Melayu. Kuliner legendaris ini bukan hanya cocok untuk dijadikan wisata kuliner semata namun dapat juga disantap untuk kebutuhan makanan sehari-hari seperti pada waktu pagi, siang dan juga malam.

 

Dalam perkembangannya laksa Tangerang dijual secara keliling menggunakan gerobaknya di berbagai perumahan namun juga ada yang berjualan disepanjang trotoar Jalan M. Yamin, Babakan, Tangerang disamping Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang. Berbagai gerobak diparkirkan disepanjang trotoar tersebut sehingga tak sulit untuk menemukannya, namun seiring berjalannya waktu tepatnya pada tahun 2010, Pemerintah Kota Tangerang memfasilitasi para penjual laksa tangerang dengan menyediakan bangunan pondok yang terbuat dari bambu dan beratap jerami ini terletak tak jauh dari Lapas Wanita Tangerang dan berada diujung jalan M. Tamin, Babakan, Tangerang. Daerah itu dipilih karena lokasi tersebut sangat strategis serta menjadi awal sejarah laksa Tangerang.

Dalam pondok tersebut terdapat beberapa penjual yang menyuguhkan makanan khas Tangerang ini yang masing-masing lapak penjual itu dibatasi oleh dinding sebatas paha orang dewasa serta dengan masing-masing plang nama penjual yang menjadi ciri khas dari tiap-tiap penjual tersebut. Tak hanya itu, tiap penjual menonjolkan ciri khasnya melewati cita rasa makanan yang disediakannya masing-masing. Disekitar pondok tersebut terdapat berbagai hidangan lainnya sebagai pelengkap laksa terdapat penjual otak-otak, es kelapa muda, dan cendol. Tak hanya itu, lahan yang disediakan Pemkot Tangerang disekitar lapak laksa pun cukup luas. Ditambah dengan pepohonan besar mengelilingi kawasan pondok tersebut sehingga akan terasa sejuk dan asri.

Sebelum para penjual laksa ini menjajakan masakannya, Pada dini hari para penjual ini membuat bahan untuk hingga akhirnya dimakan. Proses pembuatannya dimulai dengan beras yang dicuci kemudian ditumbuk dan diulen, lalu dikukus dalam panci, setelah matang didiamkan sebelum digilas melalui cetakan pembentuk mie, selanjutnya masuk kedalam tahap pembuatan kuah laksa. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu kunyit, lengkuas, jahe, kemiri, cabai, santan serta bawang merah dan putih menjadikan laksa tangerang kental dengan lezatnya kuah yang dicampurkan. Pembuatan laksa Tangerang tidak ada yang menggunakan pengawet sehingga laksa Tangerang hanya memiliki daya tahan selama 24 jam.

Kawasan pondok laksa Tangerang berada dekat dengan jalur hari bebas kendaraan yang setiap minggu diadakan di Jalan M. Yamin,Babakan, Tangerang. Jalur tersebut digunakan untuk aktifitas olahraga. Sehingga, setiap hari minggu kawasan kuliner tersebut selalu ramai oleh orang-orang yang sedang beraktifitas di jalur tersebut dan memilih untuk sarapan menggunakan laksa Tangerang.

 

Untuk seporsi laksa menggunakan telur cukup mengeluarkan kocek sebesar Rp. 13.000 sedangkan menggunakan tambahan berupa ati ampela sebesar Rp. 15.000 dan menggunakan ayam sebesar Rp. 22.000.

Berbeda dengan laksa-laksa di daerah lainnya, perbedaannya terletak dari parutan kelapa yang disangrai dan kacang hijau yang menjadikan rasa manis sebagai cita rasa khasnya serta mi yang terbuat dari beras tersebut. Berbeda dengan laksa Tangerang, Laksa yang berasal dari Bogor terdapat oncom didalamnya dan dimakan dengan ketupat atau bihun, serta ditambah dengan taoge. Sedangkan laksa Betawi berisikan telur, ketupat, taoge, daun kemangi juga laksa Betawi dihidangkan menggunakan bihun.

Namun, tak semua orang menyukai laksa Tangerang. Beberapa orang, salah satunya teman penulis yang berasal dari Jawa Tengah mengatakan bahwa ia kurang menyukai laksa khas Tangerang ini, lantaran mi pada laksa tersebut sangat kental dengan rasa nasinya, namun secara keseluruhan baik dari kuah dan tambahan lainnya ia tidak mempermasalahkannya.

Penjual laksa Tangerang, Bang Bewok merupakan lapak laksa yang seringkali dikunjungi, lantaran ia seringkali diliput oleh berbagai media nasional karena ciri khas rasa laksa yang dihidangkannya sehingga nama yang dicari ketika mengunjungi laksa Tangerang adalah namanya.

Terletak bersebelahan dengan Pusat Informasi Pariwisata Kota Tangerang. Kawasan laksa khas Tangerang ini digunakan Pemerintah Kota Tangerang untuk mengenalkan serta mempromosikan makanan khas Kota Tangerang kepada masyarakat di luar Kota Tangerang, bahkan dengan harapan orang asing.

Sampai dengan saat ini wisata kuliner laksa itu selalu ramai oleh berbagai pengunjung di Kota Tangerang, perharinya bisa sampai mencapai ratusan orang yang berkunjung untuk menikmati santapan khas Tangerang tersebut, terlebih lagi jika waktu liburan telah tiba.

Makanan khas daerah sudah sepatutnya kita jaga dan dilestarikan, tak hanya membuat bangga. Makanan khas masing-masing daerah membuat kita belajar bagaimana proses yang dihasilkan hingga terciptanya dan sejarah dari makanan tersebut. Sehingga bagaimanapun masyarakat baik dari daerah tersebut maupun bukan dari daerah itu mengetahui masing-masing daerahnya tersebut.

Azka Hanif Almadani (2101724743)