“And the walls kept tumbling down, in the city that we love. Great clouds roll over the hills, bringing darkness from above..” Pompeii – Bastille.

Lagu tersebut mungkin dapat sedikit menggambarkan mengenai Pompeii, kota di Italia yang telah hilang akibat tertimbun oleh letusan debu gunung Vesuvius pada 79 M. Namun melalui seminar yang diadakan oleh Institut Kebudayaan Italia yang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Italia, pada Kamis (20/4)mahasiswa Ilmu Komunikasi, Binus University diundang khusus untuk menjelajahi jauh lebih dalam sejarah kembalinya Pompeii. Seminar Arkeologi dan Komunikasi Antar Budaya dengan judul “Pompeii: life, death and rebirth, the story of a city and of a population through the archaelogical and antropological data” disampaikan secara menarik oleh Prof. Michele Radi (Associate Professor, Universitas Udayana, Bali) dan Prof. Pier Paolo Petrone, MD (University “Frederico II” of Naples) di Auditorium IIC (Istituto Italiano di Cultura), Jakarta.

Pompeii ditemukan kembali 1600 tahun kemudian secara tidak sengaja. Penggalian dari lapisan debu tebal membuka bangunan-bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh dan pada akhirnya menguak sejarah yang luar biasa mengenai kehidupan sebuah kota di zaman kejayaan Romawi kuno.

Sejarah menyatakan bahwa Pompeii adalah satu-satunya situs kota kuno yang keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan modifikasi. Para arkeolog dapat melihat hampir secara sempurna sejarah budaya kuno ini. Raut wajah ketakutan dan putus asa penduduk yang tidak menyadari peringatan dari adanya getaran-getaran gempa yang kerap terjadi diawetkan dengan  teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka.

Dalam seminar ini, Prof. Radi juga menyajikan detik-detik meletusnya gunung Vesuvius melalui video berikut

by Siti Nahdiah