IMAN, begitulah nama panggilannya, Binusian 2013 yang berasal dari Malang di sisi Ayah dan Ibunda Semarang kelahiran Jakarta 25 tahun yang lalu, memiliki nama lengkap Imanuel Nugraha Selaksa. Pewawancara pertama kali mengenal dia ketika mengajar mata kuliah PR Advertising beberapa tahun silam. Seorang mahasiswa yang mempunyai karakter scientist ketimbang pebisnis, memiliki kaca mata agak tebal, serius dan kritis. Berbeda dengan rekan-rekan mahasiswa MarComm yang biasanya selalu heboh serta funky. Tak heran, ketika wisuda 2013 silam, yang bersangkutan langsung melanjutkan kuliah di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada Kampus Jakarta. Sebuah keputusan yang berani, mengingat lintas linearitas bidang ilmu Strata 1-nya. Saya sebagai dosennya, juga memberikan pesan bahwa dia harus belajar lebih keras, mengingat kurangnya pengetahuan dasar manajemen keuangan, ekonomi mikro/makro dan akuntansi, namun, WOW, hasilnya, IPS tertinggi diraihnya pada semester 1, 3,89, dengan hanya 1 (satu) mata kuliah memperoleh nilai A- (A minus) selebihnya A.

Berikut ini adalah petikan interviu dengan beliau via surel pada 16 Septeber 2014 silam, yang telah melalui sedikit penyuntingan tata bahasa:

1. Bagaimana rasanya kuliah di lingkungan yg berbeda dgn Binus?

 

Kuliah di lingkungan yang berbeda dengan Binus memerlukan adaptasi lumayan sulit. karena setiap kampus memiliki budaya yang berbeda. Di kampus yang sekarang dosen hanya memberikan sebuah kasus dan kami dianggap sudah membaca teorinya dirumah, sehingga selama perkuliahan berlangsung kami mampu membahas kasus tersebut dengan teori-teori yang ada.

 

2. Bagaimana proses adaptasi dari Fak Ilkom ke Fak Eko-Manajemen?

 

Wuah ini proses yang sedikit berat, karena latar belakang saya dari fakultas komunikasi, saat pertama kali saya masuk ke Fakultas Ekonomi saya merasa di kelas saya yang paling bodoh, karena saat interaksi dengan dosen semua mahasiswa/i dapat nyambung pembahasannya dengan dosen, contoh saya pembahasan saham, finance, dsb. Namun saya beruntung mendapatkan teman-teman yang baik sehingga mereka mau membantu saya dalam proses pembelajaran. Saya selalu mengkoordinir untuk belajar bersama di ruang diskusi untuk membahas apa saja yang sudah dibahas dikelas. Menurut saya ini adaptasi yang cukup berat.

 

3. Bagaimana tantangan dan hambatan kuliah di Prodi yg berbeda?

 

Tantangan dan hambatannya, ya karena dari latar belakang yang berbeda, saya sulit berinteraksi dalam pembahasan dikelas. dikelas hanya diam saja. Namun saya tidak mau kalah dengan teman-teman dikelas, yang dulu saya di Binus tidak pernah belajar bersama, namun karena saya tidak mau kalah dengan teman-teman maka saya mengadakan belajar bersama di ruang diskusi setiap seminggu sekali atau dua kali. Sungguh tantangan yang menarik buat saya.

 

4. IPS Semester lalu berapa? Bagaimana rasanya?

 

IPS saya di Universitas yang sekarang lumayan membahagiakan yaitu 3,89. Rasanya sangat senang, karena saya merupakan IPS yang tertinggi dikelas, bahkan saya bukan latarbelakang ekonomi. Teman-teman saya banyak yang latar belakang Ekonomi. Mereka mengatakan mungkin karena dari latar belakang yang berbeda maka saya sangat niat untuk belajar dan mengetahui semuanya, dan mereka yang dari latar belakang ekonomi menganggap remeh pelajaran tersebut. Namun menurut saya semua pasti bisa asal ada kemaunan dan kesadaran dari diri sendiri.

 

5. Bagaimana mengatasi tantangan dan hambatan?

 

Dengan cara berdoa itu sudah pasti, lalu banyak bertanya saat dikelas walaupun itu pertanyaan bodoh, tidak akan yang menertawakan karena kita sama-sama belajar dan mau tau itu tidak salah. diluar kelas kita berdiskusi apa yang sudah kita pelajari. Di rumah review kembali apa yang sudah dipelajari.

 

6. Adakah pesan buat Binusian yunior baik secara umum maupun MarComm khususnya?

 

Untuk Binusian, belajar untuk insiatif, lebih mandiri. Tidak di momong terus sama dosen. Jangan ikut-ikutan teman yang malas. Saya selalu berpikir, Kita kuliah karena kita memiliki kepentingan pribadi, bukan karena disuruh orangtua maupun ikut-ikutan teman. IPK tinggi bukan jaminan kita pintar, tetapi IPK tinggi merupakan pintu untuk masuk kesebuah perusahaan. saya kuliah atas biaya BI (Bapak Ibu) saya tidak bisa membalas semua perjuangan mereka dengan uang, tetapi dengan nilai dan prestasi yang saya dapat. Dosen dan Nama Universitas merupakan wahana pembelajaran. Kita kuliah bukan untuk absen, tetapi kita sudah bayar mahal jadi harus menyerap semua ilmu yang ada.

 

Terima kasih atas kesediaan menjawab pertanyaan, dan mohon foto-foto di MM-UGM Jakartanya, mas.

 

1409028749231 IMG-20140415-WA0017 IMG-20140416-WA0002 IMG-20140417-WA0008 IMG-20140605-WA0000